40% konsumen mendukung merek mengikuti tren, tetapi keaslian, relevansi budaya, dan eksekusi cepat sangat penting untuk kesuksesan.
- 40% konsumen mendukung partisipasi tren merek, tetapi 33% menganggapnya memalukan.
- Keaslian dan relevansi budaya sangat penting untuk keterlibatan tren yang sukses.
- Merek harus bertindak dalam waktu 24-48 jam agar partisipasi tren menjadi efektif.
Media sosial memengaruhi budaya modern dan perilaku konsumen, sehingga merek tertekan untuk tetap relevan.
Indeks Sprout Social 2025 mengungkapkan bahwa 40% konsumen menganggap “keren” ketika merek terlibat dalam tren viral, sementara 33% menganggapnya “memalukan.”
Selain itu, 27% responden mengatakan bahwa berpartisipasi dalam tren hanya efektif dalam 24-48 jam.
Data ini menyoroti keseimbangan yang harus dijaga merek saat berinteraksi dengan budaya daring.
Kesenjangan Generasi dalam Tren Partisipasi
Pandangan orang terhadap merek yang mengikuti tren berbeda-beda menurut generasinya. Gen Z, yang paling aktif di TikTok dan Instagram, sering mendukung merek yang mengikuti tren, sementara Boomer cenderung tidak setuju.
Perbedaan ini menunjukkan bahwa merek perlu memahami audiensnya.
Konsumen yang lebih muda mungkin menghargai merek yang mengikuti tren, asalkan terasa asli. Sebaliknya, konsumen yang lebih tua mungkin memerlukan pendekatan yang lebih hati-hati untuk menghindari keterasingan.
Kesuksesan membutuhkan lebih dari sekadar ketepatan waktu; keaslian dan keterhubungan adalah kuncinya.
Menggunakan meme atau tagar yang viral dapat terkesan dipaksakan jika tidak memiliki hubungan yang jelas dengan merek. Merek harus memahami konteks budaya dari tren yang mereka ikuti.
Pendekatan Seimbang terhadap Tren
Terlibat dalam tren dapat menarik pemirsa dan menunjukkan kesadaran budaya, tetapi ini bukanlah solusi yang cocok untuk semua orang.
Data mengungkapkan bahwa konsumen menghargai orisinalitas dan keterlibatan yang konsisten sama seperti menyelaraskan dengan tren.
Memposting hanya untuk mempertahankan visibilitas atau mengikuti setiap momen viral dapat melemahkan identitas merek dan gagal terhubung dengan audiensnya.
Sebaliknya, merek harus mengadopsi pendekatan yang seimbang, yang meliputi:
- Partisipasi Selektif : Identifikasi tren yang selaras dengan nilai, suara, dan minat audiens merek.
- Kesadaran Budaya : Memahami signifikansi budaya yang lebih dalam dari tren untuk memastikan partisipasi terasa organik dan bukan oportunistik.
- Konten Orisinal : Tingkatkan konten berbasis tren dengan penceritaan orisinal dan berpusat pada manusia yang membangun kepercayaan dan loyalitas dari waktu ke waktu.
Apa Artinya Hal Ini Bagi Pemasar
Mengikuti tren dapat membantu menghubungkan dengan khalayak, tetapi hal itu perlu dilakukan dengan hati-hati. Merek harus mempertimbangkan manfaat mengikuti tren dibandingkan risiko terlihat palsu atau tidak relevan.
Untuk menjadi sukses, pemasar harus:
- Fokus pada Tren yang Relevan : Gunakan alat pendengar sosial untuk menemukan percakapan dan tren yang penting bagi audiens target mereka.
- Bertindak Cepat : Ciptakan alur kerja cepat untuk memanfaatkan tren dalam waktu 24 hingga 48 jam.
- Tetap Setia pada Identitas Mereka : Pastikan semua konten, baik yang terkait dengan tren atau tidak, mencerminkan nilai-nilai inti dan kepribadian merek.
Melihat ke Depan
Indeks Sosial Sprout 2025 menunjukkan bagaimana perasaan konsumen tentang partisipasi dalam tren.
Sekitar 40% mendukung partisipasi tren, sementara 33% menentangnya. Perbedaan ini menyoroti perlunya pengambilan keputusan yang cermat.
Merek yang menghargai keaslian, pemahaman budaya, dan tindakan cepat akan lebih terhubung dengan tren tanpa kehilangan identitas atau mengusir audiensnya.
Pemasar harus mempertimbangkan preferensi audiens dan lingkungan online mereka. Jika dilakukan dengan benar, mengikuti tren dapat membuat merek lebih relevan dan membantu menciptakan hubungan pelanggan yang langgeng.